Brand fast-moving consumer good (FMCG) tradisional menghadapi berbagai tantangan mulai dari ritel, ancaman kompetitif, dan ekspektasi konsumen yang terus meningkat. Hal ini terjadi sebelum adanya krisis Covid-19 saat ini. Secara global, respons yang bervariasi terhadap Covid-19, mulai dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kota Jakarta, walaupun tidak diberlakukannya PSBB daerah-daerah atau kota lain tetapi berbagai tanggapan pemerintah telah menimbulkan dampak yang berbeda pada bisnis dan konsumen.
Krisis yang terjadi saat ini juga menghadirkan persoalan lain berupa potensi meningkatnya sensitivitas harga di kalangan konsumen. Gabungkan ini dengan susunan pemain pasar tradisional (termasuk waktu yang lambat ke pasar, penghindaran risiko, dan visibilitas terbatas dari data konsumen).
Pendekatan langsung ke konsumen/Direct-to-Consumer (D2C) adalah tentang membangun hubungan konsumen dengan memanfaatkan teknologi untuk memberikan wawasan konsumen yang mendalam. Hal ini dapat menghasilkan produk, layanan, pengalaman, komunikasi, dan penawaran yang relevan dan dipersonalisasi serta dapat secara efisien mendorong peningkatan akuisisi, konversi, retensi, dan advokasi konsumen.
Inilah tujuh alasan D2C harus menjadi bagian dari strategi bisnis FMCG:
- D2C adalah sumber keunggulan kompetitif baru untuk pesaing dan merek kecil. Sumber-sumber tradisional keunggulan kompetitif FMCG dan hambatan masuk, termasuk inovasi, akses saluran dan skala, secara bertahap dapat berkurang.
- Konsumen menginginkannya. Konsumen meninggalkan media tradisional dan ritel offline di beberapa sektor dengan kecepatan yang mengkhawatirkan. Menurut pengalaman saya, mereka mengharapkan perhatian individu dan kebutuhan individu mereka terpenuhi.
- Dapat mendorong pertumbuhan yang efisien. Merek mungkin melihat peningkatan laba atas investasi pemasaran karena penargetan, akuisisi, konversi, dan retensi yang efektif dan efisien.
- Efisiensi biaya pada agensi media. Saat Anda memiliki data konsumen, Anda dapat mengalihkan pengeluaran media ke materi kreatif daripada terprogram dan mengurangi ketergantungan pada agensi.
- Memperkuat hubungan antara principal FMCG dan ritel. Wawasan baru memungkinkan perusahaan FMCG untuk mengatur penawaran, yang sebelumnya dilakukan oleh pengecer (seringkali dengan margin).
- Memanfaatkan teknologi yang tersedia untuk menerapkan D2C dalam skala besar. Ada sejumlah vendor andal yang dapat menyediakan teknologi, termasuk Salesforce, Adobe, Distribution Management System dan Google.
- D2C mempercepat sektor FMCG untuk lebih gesit dengan membuat keputusan di tingkat mikro segmentasi.